Oleh Aris Manuel
Tulisan ini terinspirasi oleh hasil percakapan singkat dengan salah satu musisi jazz Indonesia, David Manuhutu. Jazz adalah istilah musik yang luas dan mempengaruhi begitu juga dipengaruhi oleh berbagai aliran musik yang hingga hari ini masih memanjakan telinga pendengarnya. Di Ibukota Jakarta sendiri ada scene jazz yang tetap hidup, misalnya di Pavilliun 28, salah satu restoran di Jakarta yang masih menjadikan jam session sebagai tema pokok setiap Kamis malam.
Namun, seringkali musik ini tidak selalu dapat dinikmati oleh semua pendengar. Seringkali musik jazz dianggap musik yang tidak beraturan dan sulit dipahami. Apakah ini hanya sebatas selera musik atau sebuah persepsi? Dengan ritme yang terdengar tidak teratur dan nada-nada di luar dari tangga nada umumnya membuat musik jazz ini terdengar asal-asalan. Apakah musik jazz asal-asalan?
Satu aspek yang sangat prinsipil di musik jazz adalah improvisasi. Improvisasi dapat membedakan satu musisi jazz dengan yang lainnya. Improvisasi menjadi sarana yang intens untuk bercerita, berkomunikasi atau bahkan berdoa. Oleh sebab itu frase, ritmik, bahkan nada-nada yang dipilih menggambarkan perasaan atau imajinasi pemainnya.
Mari kita ambil contoh John Coltrane, pemain saxophone yang perannya penting untuk perkembangan musik jazz dan juga karena komposisinya berjudul Giant Step. Ia dikenal sebagai sosok yang spiritual dan religius. Musik dan album yang ia keluarkan terinspirasi oleh sisi spiritualitas Coltrane yang menghubungkan religi dan musik jazz, misalnya pemahaman Tri Tunggal dalam agama Kristen yang diinterpretasikan sebagai Tri Tunggal yang terdiri dari melodi, harmoni, dan ritme untuk mencapai pencerahan spiritual (Album oleh John Coltrane A Love Supreme : Acknowledgment, Resolutions, Pursuance). Musik improvisasi yang dimainkan adalah bentuk ekspresi sisi spiritual Coltrane, dimana ia bisa menuangkan ekspresinya dan pemahamannya yang dalam tentang spiritualitas ke dalam medium musik.
Selain itu dalam konstelasi grup jazz, improvisasi dimainkan sebagai bentuk interaksi antar sesama pemain atau juga bisa dibilang pembicaraan. Misalnya, ketika pemain saksofon sedang berimprovisasi, pemain drum ikut berinteraksi dengan pukulan ritmik sebagai bentuk jawaban atas frase yang dimainkan oleh saksofon. Hal ini sebenarnya merepresentasikan kondisi awal Jazz dibentuk. Pada masa lalu di Amerika orang-orang Afrika-Amerika hanya boleh berkumpul di suatu taman untuk bercerita dan bercakap-cakap tentang kehidupannya. Taman ini sekarang bernama Louis Armstrong Park. Sebenarnya Itulah Jazz.
Bentuk percakapan nyata dalam jazz yang sangat bisa didengar adalah Miles Davis Quartet dalam album Four and More. Pada album tersebut terdengar interaksi percakapan antar sesama pemain.
Ritme musik jazz yang lebih rumit dibandingkan ritme musik pop 4/4 membuat musik jazz sulit dimengerti. Swing, Bebop, Bossa memang lebih rumit dibandingkan ritme musik straight pop yang simpel. Tapi, musik yang lebih rumit ini juga memuat informasi yang lebih banyak dan juga menarik untuk didengar. Beberapa musisi jazz yang patut didengar antara lain : Ron Carter, David Mauhutu, Robert MR dan Peter Bernstein..
Mendengarkan jazz pada akhirnya, seperti juga pada musik lain, hanyalah perlu didengar dengan telinga dan pikiran yang terbuka. Perspektif musik jazz yang menekankan pada improvisasi sebagai bentuk ekspresi yang indah dan mendalam. Kita hanya perlu membuka telinga dan membayangkan pembicaraan para musisi dalam bentuk improvisasi.